Pembukaan
Mobil mewah, pakaian mahal, liburan ke luar negeri, gadget terbaru—semua tampak indah.
Foto-fotonya dipajang di media sosial. Caption-nya penuh semangat dan syukur.
Tapi... di balik semua itu, kadang kita bertanya:
Apakah semua kemewahan ini memang untuk kenyamanan hidup?
Atau hanya agar terlihat “lebih” di mata orang lain?
Isi
1. Kenapa Kita Ingin Terlihat Mewah?
Apakah karena kita benar-benar butuh?
Atau karena kita takut dianggap “biasa”?
Apa yang membuat kita merasa tidak cukup kalau belum punya sesuatu yang mencolok?
Apakah keinginan itu datang dari dalam diri sendiri?
Atau dari pandangan orang-orang yang bahkan tidak kita kenal?
2. Hidup Nyaman atau Sekadar Terlihat Kaya?
Ada orang yang hidup sederhana tapi damai.
Ada juga yang bergaya luar biasa, tapi tidur dengan pikiran penuh tagihan.
Apakah kemewahan membawa ketenangan?
Atau justru membuat kita sibuk menjaga citra?
Jika barang-barang mahal membuat kita bekerja lebih keras dari yang mampu,
apakah itu masih disebut “kenyamanan”?
3. Media Sosial: Panggung Tanpa Akhir
Scroll timeline. Lihat pencapaian orang lain. Lihat rumah mereka, tas mereka, pasangan mereka.
Lalu muncul dorongan aneh:
“Kapan aku punya seperti itu?”
Tapi… siapa yang menyuruh kita membandingkan?
Apakah kita membeli sesuatu karena memang dibutuhkan?
Atau karena kita takut kelihatan “ketinggalan”?
Dan, jika kita tidak membagikannya ke media sosial,
masihkah kemewahan itu terasa berarti?
Penutup
Kemewahan tidak salah.
Tapi apa arti sesungguhnya dari “hidup mewah”?
Apakah tentang kenyamanan dan kualitas hidup?
Atau tentang sorotan dan pengakuan?
Mungkin pertanyaannya bukan “bolehkah hidup mewah?”
Tapi…
“Untuk apa harus mewah, jika jiwa kita tetap lelah?”
“Untuk apa semua terlihat indah, jika hati kita justru hampa?”
“Untuk siapa semua ini sebenarnya dilakukan?”
Mewah bukan soal barang, kadang hanya soal cara kita ingin dilihat.
Tapi... apakah pandangan orang lain benar-benar pantas jadi alasan kita lelah sendiri?
Pengen jadi kaya biar bisa boros
BalasHapuskerja njir
Hapus