Tangisan Rakyat dalam Perang: Suara yang Selalu Tenggelam

Pembukaan

Apakah suara peluru selalu lebih keras daripada tangisan?
Apakah sejarah mengenang jenderal, tapi melupakan ibu yang kehilangan anaknya?

Dalam perang—apapun dalihnya—rakyat adalah korban tak bersalah: mereka yang tak pernah meminta, tapi selalu dipaksa membayar. Mereka yang tidak memegang senjata, tapi dipaksa kehilangan semuanya.

Siapakah yang benar-benar mendengar tangisan mereka di tengah gemuruh bom dan puing?


Isi

1. Tangisan yang Tak Tercatat

Bagi korban, perang adalah:

Dapur yang sunyi karena tak ada lagi bahan,

Kasur terbakar karena rumah hancur,

Anak-anak yang terguncang karena suara pesawat.


Tangisan mereka bukan soal kehilangan properti, tapi kehilangan kehidupan yang dulu sederhana dan manusiawi.

2. Luka Lewat Statistik

Konferensi pers mencatat angka: korban, kerugian finansial, jumlah pengungsi.
Tapi siapa yang menghitung:

Anak yatim yang kehilangan tawa?

Nenek yang menangis di tengah reruntuhan?

Pemuda yang trauma hingga dewasa?

Luka mereka tidak masuk lembar statistik.

3. Pelajaran dari Jurnal Open-access

a. Kebutuhan Konseling Sukarela (MDPI, 2023)
Sebuah studi open-access menemukan bahwa kebutuhan konseling bagi warga sipil yang terdampak perang (non-refugee) sangat besar, tetapi layanan masih minim dan jarang didokumentasi .

Ini menunjukkan bahwa tangisan rakyat dalam perang bukan hanya soal kehilangan fisik, tapi juga **hancurnya kesehatan mental masyarakat yang tertinggal ramai, tapi tanpa pendampingan siapapun.**

b. Persekusi Sipil di Konflik Israel–Palestina (Frontiers, 2024)
Laporan ini menegaskan bahwa civilians sering menjadi sasaran dalam konflik, melanggar prinsip "non-combatant immunity", dan menimbulkan penderitaan mendalam yang melewati batas moral perang .

Penutup

Tangisan rakyat dalam perang bukan air mata biasa. Ia adalah teriakan yang tak pernah terdengar, surat yang tak pernah sampai, dan rumah yang tak pernah dibangun kembali.

Perang merayakan mereka yang punya senjata. Rakyat? Hanya catatan kaki dalam sejarah.
Apakah dunia masih punya tempat untuk mendengar tangisan tanpa panggung dan mikrofon ini?


Referensi



Komentar